Friday, March 26, 2010

Memahami Tumbuh Kembang Si Buah Hati


Bismillahirrahmnirrahim

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuhu


Saya seorang ibu muda berusia baru memasuki awal kepala 3-an yang sampai saat ini Alhamdulillah dikaruniai 2 buah hati, Abdullah (5,5 tahun) dan Fathimah (2,9 tahun). Awalnya saya merasa tidak PeDe mau menulis pengalaman saya dalam membesarkan 2 mata hati saya, karena pengalaman saya pastilah ndak ada apa2nya jika dibandingkan dg ibuk2 yang sudah berputra besar2. By the way, Kebetulan sekarang saya sedang mengambil program childcare di college disini. Dan biasanya kalau ada tugas2 dari courses yang saya jalani, sebagian besar eksperimentasi dan observasi saya lakukan pada ke-2 anak saya sendiri. Memang, focus study saya pada anak usia dini (under 7 years old), tapi secara global insyaAllah bermanfaat pada usia anak berapa pun. Moga bermanfaat……………sekaliyan untuk curhat and sharing pengalaman.



Every Child is Matter

Sejauh pemahaman dan pengalaman saya “Every child is matter”, jadi sebagai seorang ibu dan ortu kita harus mampu memahami jiwa anak2 kita, proses dan step2 perkembangan baik fisik maupun mental (plus intellegensinya). Setiap anak mempunyai fase pertumbuhan dan perkembangan yang berbeda2, sbg contoh kedua anak saya sendiri pun mempunyai kasus yang sama. Salah satu hal yang paling penting adalah bagaimana kita memahami mereka, pertumbuhan dan perkembangan mereka. Sehingga kita bisa mencari cara dan step2 yang tepat untuk mengoptimalkan “learning process” mereka, dg tanpa paksaan alias naturally. Setiap anak lahir di dunia ini pasti membawa potensi dan bakat sendiri2, ini lah hal lain juga yang perlu kita pahami dan kalau perlu kita explore secara diam2 melalui observasi sehari-hari untuk bisa kita optimalkan potensi mereka. Sebagai contoh, anak saya yang pertama mengalami sedikit keterlambatan dalam berbicara. Usia 3 tahun, kosa kata dan kelancaran berbicaranya baru berkembang. Saya sempet mengkonsultasikannya ke psikolog anak ketika dia masih berusia 1,5 tahun-an. Kehidupan kami yang sll berpindah2 dari negara satu ke negara lain dg bahasa dan kondisi yang berubah2, plus saya dan suami yang waktu itu sama2 sibuk belajar sehingga waktu komunikasi kami dg si kecil sangat lah kurang, menjadi salah satu faktor penyebabnya. Alhamdulillah, saya dan suami segera membenahi diri dan akhirnya anak saya yang pertama kemampuan verbalnya bertambah baik.


Memahami Kecenderungan Bakat dan Minat Anak

Bertahun-tahun saya amati perkembangan anak saya yg pertama, saya bisa memahami kecenderungannya di bidang ilmu2 yang agak rumit, seperti math, computer, drawing vehicle (sampai ke bagian2 yang rumit) lebih menonjol di bandingkan kemampuan verbal/linguistic-nya. Ini lah langkah awal pemahaman saya terhadap anak saya yg pertama untuk bisa membantunya memupuk dan mengembangkan potensinya. Beda lagi dg anak saya yg ke-2. Si gadis kecil ini lebih cepet ngomong, drawing dg eksplorasi berbagai warna, nyanyi, sibuk ikut masak di dapur, bersih-bersih rumah dll. Saya pun berusaha menyusun strategi untuk bisa mengarahkan unsur “Learning” dalam kesukaan dan aktivitasnya sehari-hari.


Learning through Play

Metode ini banyak sekali disebut2 dan diaplikasikan dalam sistem pendidikan anak usia dini di UK ini. Saya sempet belajar bagaimana EYFS Principles (Early Years Foundation Stages) mengutamakan proses belajar dg cara yang menyenangkan, tanpa memaksa dan megikuti kemauan dan minat anak. Nach, sistem ini sungguh jauh berbeda dengan sistem pendidikan masa saya kecil maupun, di kota tempat tinggal kami di Indonesia. Walaupun, sedikit banyak sistem ini sudah mulai diserap di banyak lembaga2 pendidikan di Indonesia, terutama di kota-kota besar. Combined System dg tetep berbasis cara yang menyenangkan bagi anak kecil saya coba terapkan pada ke-2 buah hati saya.
Anak-anak selalu berpikir ttg bermain dan bermain dalam segala aktivitas mereka. Sadar atau tidak kita sadari, saat2 seperti itu sebenarnya mereka sedang berproses belajar (Learning Process). Untuk, itu lah sebagai ortu kadang kita dituntut untuk bisa membumi dg dunia anak2, ikut bermain dan belajar dg mereka. Kalau perlu ikut berteriak, menari, menyanyi, meloncat, berlari2 bergabung dg mereka. Alhamdulillah, saya lihat banyak ibuk2 dan guru2 TK/Play Group di Indonesia juga begitu. Saya yakin sebagian besar ibuk2 di milist ini sudah memahami konsep “Learning through Play”, yaitu bagaimana kita memasukkan unsur learning dalam setiap permainan dan aktivitas anak2 yang kecenderungan dan sebagian besar adalah bermain. Di bawah contoh2 praktis:
  • Di dapur, Aktivitas memasak bersama bisa menjadi kegiatan menyenangkan bagi anak2. Mengenal barang2 dapur, menghitungnya, mengenal warna, kegunaan, konsep ukuran dan skala.
  • Shopping juga bisa menjadi ajang learning, membuat list belanja, menghitung, mengenal barang2, ukuran dan warna dll
  • Dalam perjalanan kendaraan juga bisa mengasyikkan sambil menghitung jumlah kendaraan yang lalu lalang, warna, ukuran, jenis, dll
  • Telling story sebelum tidur, mengenalkan wacana, gemar membaca, building vocabulary, dll
Semua aktifitas keseharian bisa menjadi ajang learning bagi anak2, tinggal bagaimana kaum ibu dan ortu pada umumnya mencari cara jitu dalam memanfaatkany.

Mengenal SPICE Principles

SPICE adalah mengarahkan dan megoptimalkan learning activity anak untuk mengembangkan kemampuan Social, Physical, Intellectual, Creativity dan Emotional-nya.
Jadi komplit, anak diberi ruang yang luas untuk meng-eksplorasi kemampuan dan rasa ingin tahunya, understanding the world and the wider context. Klo kata Kak Seto dalam salah satu seminarnya yang saya datangi dulu sekitar tahun 2005-an,:”Cerdas saja tidak cukup”, dalam arti kecerdasan intelektrual saja tidak cukup, anak juga perlu di-push kecerdasan emotioanalnya, creativity, motorik.phisycal-nya, dan kemampuan social-nya.

Saatnya Belajar Serius
Di UK ini, sejauhn pemahaman saya ketika mengambil children courses disini, juga pengamatan akltivitas school ke-2 anak saya, Learning Through Play menjadi basis sistem pendidikan anak2 khususnya nursery/preschool spi Primary. Sistem konvensional di Indonesia saya alami lebih strict. Di Indo anak TK sudah mulai belajar membaca, menulis dan mengaji dg serius. Dengan memahami perkembangan anak2 saya, menimbang kurang dan lebihg kedua system diatas, saya akhirnya memutuskan combined system. Bahasa mudahnya ada kalanya nyantai dan ada kalanya serius. Seperti menghafal doa, menghafal surat2 dalam Al-Qor’an, Sholat dll saya pakai system sedikit lebih serius dg tetap menjaga tanpa byk pressure. Matematika kadang juga agak serius mengerjakan soal2, hanya soal2nya dibuat dalam tampilan menarik dan cara yang menarik. Kombinasi cara belajar matematika yang menarik sangat lah banyak di seling aktivitas bermain, bepergian, dll.

Southampton, 25 March 2010

1 Comments:

At 9:58 PM , Blogger Naning Wahyuni said...

Children Courses-ku semoga bermanfaat, terutama untuk buah hatiku....amin

 

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home